Selasa, 17 Oktober 2017

bahaya makanan seblak

BAHAYA DIBALIK KELEZATAN SEBLAK

Seblak, kerupuk rebus, makanan asal kota Bandung. Biasanya diberi campuran ceker atau tulang ayam sebagai kaldu, dengan bumbu cabe dan lainnya.
Rasanya seperti kwetiaw, pasta gepeng yang direbus lalu diolah seperti mi goreng. Bagi penikmatnya rasanya sungguh lezat, semakin pedas, semakin nikmat.
Belakangan ini seblak tengah naik daun, banyak pengusaha kuliner khusus menjual makanan unik ini. Bahkan dengan kemasan yang cantik, seblak makin dihargai mahal, dan jadi menu baru yang ngetrend.
Namun ternyata dibalik lezatnya seblak, ada bahaya mengintai. Bukan ingin menakut- nakuti, tapi alangkah baiknya kita mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan nutrisi sekaligus aman dikonsumsi.
Bahan utama seblak adalah kerupuk mentah, yang terbuat dari tepung (biasanya tapioka), dengan tambahan bumbu, dan tak lupa vetsin, atau penyedap rasa. Tidak banyak yang tahu, dalam proses pengolahan kerupuk, ada oknum yang menambahkan lilin saat menggorengnya, agar kerupuk tampil mengkilat, sehingga konsumen tertarik.
Efek langsung dari penggunaan zat aditif berbahaya ini adalah sariawan di mulut.
Efek panjang mengonsumsi plastik akan menyebabkan kanker dalam tubuh karena mengandung karsinogenik. Juga memicu kerusakan otak dan sistem syaraf manusia.
Bahan Styrine dan polystyrene yang menjadi bahan pembuat tempat makan dan minum jika bersentuhan dengan makanan yang sedang dikonsumsi akan menyebabkan kerusakan otak dan sistem syaraf pusat.
Plastik juga mampu merusak sistem hormon karena mengandung Polycarbonate. Bahan ini akan mengeluarkan bahan utamanya yakni Bisphenol A ke dalam makanan dan minuman. Di sinilah kemudian terjadi kerusakan hormon.
Parahnya, plastik dalam makanan dapat merusak garis keturunan.
Bisa menyebabkan mutasi genetik juga karena kelainan di akan mengganggu pertumbuhan bayi.
Sebagai konsumen bijak, kita harus meminimalisir penggunaan plastik secara berulang-ulang. Styrofoam ( pembungkus makanan berwarna putih ) tidak boleh digunakan untuk kemasan makanan panas. Begitu juga dengan bungkus nasi kertas yang sebagian dilapisi plastik.
Sekarang ini, kasus penyakit hati dan gagal ginjal menimpa anak dan usia produktif, dduga disebabkan kandungan zat berbahaya pada makanan.
Dari sejumlah kajian ilmiah, plastik memiliki sifat tidak larut, tidak dapat dieksresikan melalui tinja dan urin serta menumpuk/tidak larut. Plastik mengandung bahan kimia berbahaya seperti dioksin, furan, bisphenol A, styren, antimoni, trioksida dan beberapa bahan pelembut.
Di alam bebas, plastik baru akan hancur setelah seratus tahun. Bagaimana jika mengendap di organ tubuh kita ?
Belum lagi pewarna yang digunakan belum tentu pewarna makanan.
Jika kerupuknya sudah berbahaya, ditambah lagi penyedap yang ditambahkan saat pengolahan, maka akan membahayakan tubuh dalam jangka waktu lama.
Sebetulnya tidak hanya khusus seblak, sangat banyak jajanan anak maupun dewasa yang berakibat buruk bagi kesehatan.
Seorang dokter pernah mengatakan lebih baik anak makan nasi dengan garam atau kecap daripada ia makan semangkuk mi instan yang sudah kita ketahui mengandung pengawet dan zat aditif lainnya.
Sebaiknya jangan terbiasa menyantap menu pinggir jalan, apalagi untuk anak-anak.
Maraknya berita dan acara kuliner di media, juga dunia maya, membentuk opini masyarakat jadi penikmat makanan cepat saji adalah wajar, tanpa mempertimbangkan manfaat nutrisi dan akibat bagi kesehatan.
Cobalah untuk menyajikan hidangan rumah yang bahan dan pengolahannya kita yakini higienis.
Jangan sampai organ-organ tubuh akhirnya terganggu akibat paparan racun dari makanan kita sehari-hari.
Kesehatan adalah anugerah dari yang maha Kuasa, mari kita jaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar